Follow Us @soratemplates

Tuesday, August 31, 2021

Berhenti bukan di Kamu #2

9:30 PM 0 Comments

Sudah banyak doa yang melangit untukmu, lalu jika sekarang atau nanti kamu memilih pergi, tidak mengapa. Karena aku tidak pernah memintamu untukku pada Allah, aku hanya meminta untuk kamu selalu dilancarkan urusannya dan selalu dilindungi. Setelahnya kamu memilih pergi dengan cara baik-baik atau tidak, itu adalah pilihanmu. Karena aku paham ada banyak hal yang memang tidak diciptakan dan tidak akan menjadi milikku.


Jika nanti itu bukan kamu, tidak mengapa. Kamu pernah baik, sangat baik, dan sekarang juga masih tetap baik. Hanya saja tidak padaku lagi. Atau mungkin aku yang kurang baik menurutmu. Atau mungkin bagi Allah kita bukan hal yang baik untuk satu sama lain. Denganmu aku pernah mencintai orang baik dan darimu aku tahu bahwa aku masih bisa memilih orang baik mana yang cukup untuk ku cintai.


Semoga apa yang aku dan kamu tunggu, segera datang. Apa yang diharapkan, tidak mengecewakan. Apa yang didoakan, dikabulkan. Apa yang diimpikan, tercapai. Dan semoga, ada masing-masing kita di dalam impian itu.


Terakhir, tidak perlu khawatir. Kamu tahu, bahwa ada banyak cara bagi Allah untuk mempertemukan. Terlihat rumit padalah sederhana, terlihat jauh padahal dekat, terlihat orang lain padahal kamu. Cukup jaga dirimu dari niat-niat selain Allah, karena apa yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu niatkan.


Agustus, 2021


Tuesday, June 16, 2020

#Sebuah Kata: Ibu

9:52 PM 0 Comments



Rasanya sudah sangat lama sekali. Sejak 2015 kepergiaan Ibu, tidak tahu kenapa baru sekarang terasa sangat asing untuk menyebutkan kata Ibu. Semalam, dalam perjalanan pulang mengendarai motor, tiba-tiba saja pikiran itu muncul, tiba-tiba saja dijalan berucap kata Ibu. Ku ucapkan hingga berkali-kali, bukan lagi dalam hati tapi dengan mengeluarkan suara. Semakin ku berucap dan mendegarkankan suara ku sendiri menyebutkan kata Ibu, hal itu semakin terasa asing dan aneh. Tidak tahu kenapa.


Sadar kalau sekarang sudah tidak ada yang menelpon setiap hari menanyakan hal-hal kecil, bercerita, dan lalu aku menjawab: “Halo, Asaalamualaikum ibu” atau “Ibu lagi dimana?” atau “Ibu tahu gak tadi aku.......”


Sadar kalau sekarang kata-kata Ibu yang dulu setiap hari diucapkan, hingga beratus-ratus kali dalam sehari, sekarang mendengar suara sendiri menyebutkan kata Ibu saja terasa asing dan aneh. Kebiasaan yang hilang seiring berjalannya waktu.


Ternyata benar ya, rasa rindu itu bisa muncul tiba-tiba di mana saja dan di situasi apa saja.Tidak peduli di keramaian sekalipun, kalau mengingat ibu, ya pasti rindu. Rasanya sejak semalam hingga hari ini rasa rindu itu muncul tiba-tiba. Membesar lalu pecah.


Jika nanti suata saat, entah cepat atau lambat, akan ada lagi yang ku panggil Ibu. Iya, Ibumu lah yang akan ku panggil dengan sebutan Ibu. Karena itu aku berdoa untuk kesehatan Ibumu, hingga nanti aku bertemu dengannya dan memanggilnya Ibu, yang mungkin setiap hari bisa ku panggil Ibu. Semoga Ibumu selalu dalam keadaan sehat.


Untuk aku, kamu yang merindukan Ibu yang sudah tiada, tidak perlu malu untuk bersedih, tapi jangan terpuruk dalam kesedihan. Rindu tidak dilarang, tapi ingatlah selalu bahwa Ibu tidak pernah menginginkan anaknya larut dalam kesedihan dan menangis terus-menurus.


Semua manusia di dunia akan melewati setiap proses ini. Raga Ibu yang memang tidak ada lagi denganku seperti dulu, tapi cintanya akan selalu ada dan hidup di dalam hatiku ❤❤❤


Yogyakarta, 16 Juni 2020

Saturday, January 18, 2020

Bumi Pelangi

5:38 PM 1 Comments

Beberapa hari terakhir, kota ini kembali terasa sangat panas. Hujannya hilang, mataharinya ada. Sama seperti temanku Bumi, Pelanginya hilang. Iya, dia masih temanku yang bernama Bumi, yang jatuh hati dengan temannya bernama Pelangi, bukan yang lain.

Hari ini kembali di kedai kopi favorit ku bersama Bumi tanpa Pelanginya. Bumi yang katanya mencintai Pelanginya tanpa perlu Pelangi tahu, namun sekarang terlihat khawatir.

“Bagaimana Pelangi?”

“Baik”

“Lalu?”

“Semua berjalan sebagaimana mestinya”

“Seperti apa?”

“Pelangi sedang hilang”

“Dan kamu khawatir?”

“Tidak”

“Tidak usah mengelak Bumi”

“Pelangi akan muncul lagi padaku nanti”

“Hahaha sudah seperti ini pun kamu masih sangat begitu yakin. Sudah ku katakan dulu, Pelangi itu sangat indah, semua yang melihatnya akan menyukainya, Bumi”

“Dan sudah ku katakan dulu juga padamu, bahwa bukan cinta kalau dia tidak membuatmu yakin.........”

“Iya dan kamu yakin pada Pelangimu itu. Dan ada masanya dimana Tuhan yang akan memberitahu Pelangi dan kalian akan bergerak mendekat sesuai kemauan-Nya. Begitu kan?"

“Iya”

Bagitulah obrolan sore hari menunggu senja bersama Bumi. Aku sampai hafal dengan jawaban-jawaban dia. Mendengar jawabannya itu aku lega, karena ternyata dia masih temanku Bumi yang ku kenal, yang mencintai Pelanginya dengan caranya sediri. Aku akan heran jika jawabannya berbeda, itu bukan Bumi.

Pelangi, ini temanku Bumi. Entah apa yang membuatnya begitu yakin padamu. Disaat orang-orang berusaha mengungkapkan perasaanya, Bumi tidak mau. Dan kamu tidak akan tahu soal perasaan Bumi sampai nanti Tuhan yang memberi tahu dengan cara-cara indah-Nya. Begitu kata Bumi.

18 Januari 2020
Sore hari tanpa Pelangi Bumi



Saturday, December 28, 2019

[CERPEN]: Ibu, Ayah, dan Anak Perempuannya Ketika Bersama

7:54 PM 1 Comments


“Ibu, kenapa kita ke Jogja?” tanya seorang anak perempuan disela-sela kemacetan

“Jogja itu istimewa kak”

“Istimewa? Karena dia memiliki sultan?”

“hahaha bukan hanya itu kak. Ada banyak hal yang membuat Jogja istimewa. Dan tiap orang yang kembali berkunjung ke Jogja punya keistimewaan yang berbeda-beda”

“Lalu apa istimewanya Jogja buat ibu?”

“Disini ibu banyak bertemu orang-orang baik, sangat baik. Ibu belajar kehilangan, kesedihan, kebahagiaan, kebersamaan, banyak hal kak. Dan ibu bertemu........”

“Ayahhhhhhhh” teriak anak perempuannya keras sekali

“hahahahahaha” semua tertawa saling melirik

“Kalau begitu, kakak nanti mau tinggal di Jogja biar bisa bertemu orang-orang baik dan bertemu orang seperti ayah” kata anak perempuannya semangat sekali

“Kakak tidak perlu tinggal di Jogja untuk bisa bertemu orang baik. Dimana pun kakak memilih tinggal nanti, kakak tetap akan bertemu orang baik jika kakak berbuat baik juga pada orang” jelas ayahnya sambil menyetir

“Hhhmmm begitu. Dan buat kakak sekarang Jogja sudah jadi istimewa, karena ibu dan ayah ada di sini” saut anak perempuannya sambil memeluk dari belakang

“Ibuuuuu, ayah dulu orangnya bagaimana? Pasti ayah pernah nyakitin ibu. Hayo ayah ngakuuuu” goda anak perempuannya kepada ayah ibunya

.......

Dan mobil terus melaju meninggalkan kemacetan lampu merah Gejayan bersama mobil-mobil lainnya. Menyusuri Jogja yang kata orang-orang istimewa.

Sunday, December 22, 2019

:Ibumu #2

12:32 PM 1 Comments



“Ibu, anak perempuan seperti apa yang ibu inginkan?”

Tanya anak laki-lakinya yang berada tepat didapanku lewat telepon. Mendegar pertanyaan itu, aku terdiam. Ingin mendegarkan tapi tak bisa, hanya raut senyum sembari tertawa kecil yang kulihat diwajahnya.

Ibumu memang yang paling terbaik dan mungkin aku tidak bisa menyamai beliau. Dalam segala hal, yang memberikan rasa nyaman, rasa sayang lalu bisa membuatmu jatuh cinta setiap hari kepada beliau. Rasanya aku tidak bisa menyamainya.

Aku ingin mengenalnya, lalu berbicara dengannya berdua saja. Aku ingin bercerita banyak hal, belajar tentang anak laki-lakinya itu. Aku ingin mengetahui sudut pandangnya tentang anak laki-lakinya itu.

Setelah itu, mungkin aku bisa sedikit saja menyamai ibumu. Sedikit saja, tidak banyak karena tetap ibumu adalah hal terbaik yang ada padamu sekalipun nanti kamu memilih perempuan lain untuk mendampingimu.

Jika nanti aku diujinya untukmu, aku belum tahu akan seperti apa. Apakah aku masuk dalam semua yang disampaikan ibumu lewat telepon tadi atau tidak. Rasanya aku akan selalu tampak kurang.

Jika nanti beliau mengujiku untukmu, aku tidak tahu bagaimana mungkin bisa berhadapan dengan orang yang tidak pernah membuatmu kecewa, orang yang selalu kamu ceritakan dengan bangga kepada siapapun yang menanyakannya.

Sebab itu, membuat ibumu percaya dan yakin adalah tugasku karena pasti ibumu tidak akan membiarkanmu bersama perempuan biasa, perempuan itu harus luar biasa setidaknya menurut beliau.

Masih dengan pesan yang sama untuk ibumu, kalau aku akan belajar. Membuatmu tidak melupakannya, atapun merasa kehilanganmu karena keberadaanku. Karena surgamu tetap ada pada ibumu dan kamu akan menjadi sebab besarku masuk surga.

Selamat Hari Ibu
22 Desember 2019
Dari Yogyakarta untuk ibumu