Provinsi
Sulawesi Tengah dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi Tengah merupakan salah
satu wilayah keresidenan di bawah Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara-Tengah.
Provinsi yang beribukota di Palu ini
terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 13/1964.
Seperti
di daerah lain di Indonesia, penduduk asli Sulawesi Tengah merupakan
percampuran antara bangsa Wedoid dan Negroid. Penduduk asli ini kemudian
berkembang menjadi suku baru menyusul datangnya bangsa Proto-Melayu tahun 3000 SM dan Deutro-Melayu
tahun 300 SM. Keberadaan para penghuni pertama Sulawesi Tengah ini diketahui
dari peninggalan sejarah berupa peralatan dari kebudayaan Dongsong (perunggu)
dari zaman Megalitikum.
Perkembangan
selanjutnya banyak kaum migran yang datang dan menetap di wilayah Sulawesi
Tengah. Penduduk baru ini dalam kehidupan kesehariannya bercampur dengan
penduduk lama sehingga menghasilkan percampuran kebudayaan antara penghuni lama
dan baru. Akhirnya, suku-suku bangsa di Sulawesi Tengah dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu, Palu Toraja, Koro Toraja, dan Poso Toraja.
Pada
abad ke 13, di Sulawesi Tengah sudah berdiri beberapa kerajaan seperti Kerajaan Banawa, Kerajaan Tawaeli, Kerajaan
Sigi, Kerajaan Bangga, dan Kerajaan
Banggai. Pengaruh Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah mulai
terasa pada abad ke 16. Penyebaran Islam di Sulawesi Tengah ini merupakan hasil
dari ekspansi kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Pengaruh yang mula-mula
datang adalah dari Kerajaan Bone dan Kerajaan Wajo.
Daerah-daerah
yang diwarnai Islam pertama kali adalah daerah pesisir. Pada pertengahan abad
ke 16, dua kerajaan, yaitu Buol dan Luwuk telah menerima ajaran Islam. Sejak
tahun 1540, Buol telah berbentuk kesultanan dan dipimpin oleh seorang sultan
bernama Eato Mohammad Tahir.
Mulai
abad ke 17, wilayah Sulawesi Tengah mulai masuk dalam kekuasaan kolonial
Belanda. Dengan dalih untuk mengamankan armada kapalnya dari serangan bajak
laut, VOC membangun benteng di Parigi dan Lambunu. Pada abad ke 18,
meningkatkan tekanannya pada raja-raja di Sulawesi Tengah. Mereka memanggil
raja-raja Sulawesi Tengah untuk datang ke Manado dan Gorontalo untuk
mengucapkan sumpah setia kepada VOC. Dengan begitu, VOC berarti telah menguasai
kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah tersebut.
Permulaan
abad ke 20, dengan diikat suatu perjanjian bernama lang contract dan korte
verklaring, Belanda telah sepenuhnya menguasai Sulawesi Tengah, terhadap
kerajaan yang membangkang, Belanda menumpasnya dengan kekerasan senjata. Pada
permulaan abad ke 20 pula mulai muncul pergerakan-pergerakan yang melakukan
perlawanan terhadap kolonial Belanda. Organisasi yang pertama mendirikan cabang
di Sulawesi Tengah adalah Syarikat Islam
(SI), didirikan di Buol Toli-Toli tahun 1916. Organisasi lainnya yang
berkembang di wilayah ini adalah Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang cabangnya didirikan di Buol tahun 1928. Organisasi
lainnya yang membuka cabang di Sulawesi Tengah adalah Muhammadiyah dan PSII.
Perlawanan
rakyat mencapai puncaknya tanggal 25 Januari 1942. Para pejuang yang dipimpin
oleh I.D. Awuy menangkap para tokoh
kolonial seperti Controleur Toli-Toli De
Hoof, Bestuur Asisten Residen Matata Daeng Masese, dan Controleur Buol de Vries. Dengan tertangkapnya tokoh-tokoh
kolonial itu, praktis kekuasaan Belanda telah diakhiri. Tanggal 1 Februari
1942, sang merah putih telah dikibarkan untuk pertama kalinya di angkasa
Toli-Toli. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama karena seminggu kemudian
pasukan Belanda kembali datang dan melakukan gempuran.
Meskipun
telah melakukan gempuran, Belanda tidak sempat berkuasa kembali di Sulawesi
Tengah karena pada waktu itu, Jepang mendarat di wilayah itu, tepatnya di Luwuk
tanggal 15 Mei 1942. dalam waktu singkat Jepang berhasil menguasai wilayah
Sulawesi Tengah. Di era Jepang, kehidupan rakyat semakin tertekan dan sengsara
seluruh kegiatan rakyat hanya ditujukan untuk mendukung peperangan Jepang.
Keadaan ini berlangsung sampai Jepang menyerah kepada Sekutu dan disusul dengan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada
awal kemerdekaan, Sulawesi tengah merupakan bagian dari provinsi Sulawesi.
Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, pasca kemerdekaan adalah saatnya
perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Rongrongan terus
datang dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda menerapkan
politik pecah-belah dimana Indonesia dijadikan negara serikat. Namun akhirnya
bangsa Indonesia dapat melewati rongrongan itu dan ada tanggal 17 Agustus 1950
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
Sejak
saat itu, Sulawesi kembali menjadi salah satu provinsi di Republik Indonesia
dan berlangsung hingga terjadi pemekaran tahun 1960. Pada tahun tersebut
Sulawesi dibagi dua menjadi Sulawesi Selatan-Tenggara yang beribukota di
Makassar dan Sulawesi Utara-Tengah yang beribukota di Manado. Pada tahun 1964,
Provinsi Sulawesi Utara-Tengah dimekarkan menjadi provinsi Sulawesi Utara yang
beribukota di Manado dan Sulawesi Tengah yang beribukota di Palu.
Sumber: file:///E:/BLOG/clients.htm
Sumber: file:///E:/BLOG/clients.htm
No comments:
Post a Comment