Follow Us @soratemplates

Sunday, February 14, 2016

MERANTAU DAN DITINGGALKAN(?)


Merantau dan ditinggalkan? Memang seperti itu adanya sekarang. Saya salah satu yang melarikan diri dari tanah kelahiran saya, bukan kerana tidak suka, tidak cinta tapi sedang menerapkan semboyan yang mengatakan “Kejarlah ilmu sampai ke negeri China”, tak usah muluk-muluk cukup di Yogyakarta saja. Itupun sudah jauh, harus menempuh beribu ribu kilometer untuk pulang ke rumah yang hanya bisa ditempuh dengan ‘hewan’ terbang, entah ‘singa’ terbang ataupun ‘burung’ terbang.

Q: Kenapa merantau?
A: Di kota saya belum ada jurusan yang saya inginkan dan mencari yang lebih baik kenapa tidak
Q: Kenapa ke Yogyakarta?
A: Saya pun masih tidak tau kenapa, mungkin biar kenal dia
Q: Modal merantau?
A: Ijazah (tepatnya masih SKHU), ilmu dari guru-guru, restu dan doa orang tua, berani (setengah nekad)
Q: Kenapa Teknik Kimia?
A: Ya karena saya sejak SMA sudah suka dengan Kimia hingga mengikuti olimpiade, lomba cepat tepat yang berbau Kimia, kenapa harus ke yang lain kalau memang kemampuanmu disitu. Mungkin biar bisa kenal kalian juga
Q: Kenapa Universitas Islam Indonesia?
A: Kan kalau di univeritas lain gak bakal tau dan kenal dia

Saya merantau dan saya ditinggalkan. Bagaimana tidak, di tahun kedua saya merantau saya kehilangan Ibu tepat 4 bulan lagi sebelum umur saya genap 20 tahun. Marah? Sedih? Kecewa? Stress? Terpuruk? Jawabannya iya.

“peyakit 90% berasal dari pikiran, 10% dari pola hidup” seperti itu yang saya baca dalam artikel. Bicara diluar takdir, pikiran jelek saya, Almarhuma Ibu saya terlalu mengkhawatirkan saya di sini. Saya anak tunggal yang begitu saja merantau, yang dari kecil hidupnya sama orang tua, yang segala keperluannya terpenuhi. Almarhuma Ibu saya sangat teliti soal saya, benar-benar diurusi, apa iya Beliau sedikit keberatan tentang saya yang merantau walaupun semua hal perantauan saya Beliau yang mengurusi.

Sedikit bercerita. Almarhumah Ibu itu Ibu yang sangat sangat luar biasa buat saya, sungguh. Sejak saya merantau Beliau tidak pernah lupa untuk menelpon tiap hari, yang sehari sampai berkali-kali, padahal durasi telponnya hanya 2-5 menit saja. Tapi anaknya ini jarang untuk menelpon terlebih dahulu, selalu di telpon. Masalah pulsa saya tidak pernah kesulitan, Beliau selalu mengisinya dari sana tanpa pernah tau pulsa saya masih ada atau tidak. Beliau tidak pernah menelpon jika sakit dan telah di rawat di rumah sakit dan saya baru mengetahuinya dari orng lain setelah Beliau keluar. Tidak akan selesai jika bercerita tentang Beliau.

Kekecewaan terbesar saya adalah tidak ada di saat beliau koma dan akhirnya pergi selamanya, kecewa dan sangat marah dengan mereka semuanya yang tidak mau memberi tau saat itu, apapun alasan mereka yang katanya biar saya tidak kepikiran, takut kalau saya melakukan hal-hal diluar kendali. Saya sudah cukup dewasa untuk itu, tau mana yang baik dan buruk. Sungguh rasanya ....... sampai akhirnya saya bertemu Beliau di Blitar yang didatangkan khusus dari Sulawesi. Bukan pertemuan yang sesungguhnya saya inginkan. Pertemuan kali ini dingin, kaku, pucat, terbaring, tanpa sepatah kata pun dari Beliau, dan hanya sebentar.

Sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, 40 hari, 100 hari akhirnya sampai sekarang ini tanpa ada telepon dari Beliau lagi. Saya masih kaget dengan semua situasi ini. Sekarang yang menggantikan kebiasaan ibu menelpon adalah Bapak saya, yang dulu jarang menelpon (bisa sebulan sekali saja). Bapak begitu kuat buat saya, menggantikan semua kegiatan Almarhumah Ibu buat saya agar saya seperti merasakan kembali kehadiran ibu. Walaupun sebenarnya tidak akan pernah ada dan bisa.

Saya anak perantau yang sekarang meninggalkan Bapak saya sendirian di rumah yang besar dan sangat jauh sana. Now, I have a ‘mother’ who I call father, and I have a father who I call a super dad. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, hidup saya akan tetap berjalan. Ibu masih ada, Ibu hanya meninggalkan jasadnya saja.

Dear anak-anak rantauan yang dulu cupu, setelah merantau jadi keren dan hits jangan lupa sama orang tua yang jauh, ndang ditelpon tiap hari walaupun hanya bebrpa menit. Nongkrong sama teman aja bisa ngobrol lama, buat nelpon beberapa menit aja susah. Jangan malu harus telpon orang tua atau ditelpon orang tua. Kalian tidak pernah tau sampai kapan kalian bersama mereka. Berpikirlah seolah-olah mereka bisa pergi sewaktu-waktu, biar kamu lebih menghargai setiap detiknya. 

Dear anak-anak rantauan yang sekarng followers Instagramnya membludak kerena banyak foto-foto keren di tempat rantauannya, jangan ngerusak lingkungan, explore yang sehat biar nanti kalau punya anak dan anak kalian merantau di kota itu masih bisa liat. Nongkrong juga yang sehat ya.

Dear anak perantau, jangan berlebih-lebihan dalam segala hal, karena Allah tidak suka dengan yang berlebihan. Nongkrong seperlunya, galau/baper sewajarnya, makan secukupnya kalau akhir bulan seadanya aja, jalan-jalan sepusing-pusingnya dengan tugas. Suka sama teman jangan berlebihan, temannya juga jangan suka buat baper teman yang lain.

Merantau itu :
  1. kalian bisa lebih mandiri, 
  2. tau klau hidup itu keras kayak hutan rimba, 
  3. susahnya klau tidak punya uang,
  4. punya kesan tersendiri tiap akhir bulan,
  5. rajin nyuci sendiri karena berpikir mending uang laundrynya buat makan saja,
  6. nambah teman dari berbagai belahan Indonesia, 
  7. punya teman yang tabiatnya dari jelek sampai yang baik banget dan akhirnya d manfaatin,
  8. tau macam-macam sifat orng,
  9. sekalian bisa cari pasangan sementara yang mungkin bisa jadi pasangan hidup selamanya,
  10. sampai akhirnya saya ketemu KALIAN dan KAMU~    


Masih banyak lagi balada anak perantau. Saya juga anak rantauan yang masih abal-abal. Masih suka kebablasan. Tapi merantau tidak sesenang itu, sebecanda itu bro. Hasil dari rantauanmu itu yang penting. Saya jarang merasa sedih di sini semenjak di tinggal Ibu, karena saya punya mereka teman-teman rantauan yang sangat baik, peduli, suka alay, suka bikin baper, konyol-konyol, mereka tau bagaimana caranya buat senang. Begitulah merantau, banyak hal yang tidak akan terduga.

Buat kalian yang sudah merantau dan yang akan merantau untuk kuliah, ingat merantau bukan bebas, merantau bukan bersenang-senang, merantau bukan ajang keren-kerenan, merantau bukan biar jadi anak hits. Kalian merantau sedikit tau diri, pikirkan apa yang jadi tujuan awal kalian, jangan explore kota rantauan tapi ngerusak, malu sama bekicot.
Good Luck~



No comments:

Post a Comment