TIGA TAHUN
Retno Fitri Arianti
10:00 PM
0 Comments
(Maaf, thumbnail-nya pecah. Tapi kalau foto di klik tidak pecah) |
September…
Aku suka September dan kata orang-orang
September itu ceria. Banyak hal dalam hidupku terjadi di bulan September. Aku
punya seseorang perempuan hebat yang membuat kamu bisa mengenalku sampai saat
ini. Iya, dia adalah orang yang aku sebut ibu hingga saat ini. Tepat 2
September, Allah menghandirkannya untuk menjadi ibuku.
Aku tidak benci September dan
kata orang-orang Desember itu kelabu bukan September. Setelah Allah
menghandirkannya di bulan September tapi Allah juga mengambilnya kembali di
bulan September. Tepat tiga tahun yang lalu, dihari Kamis, 17 September 2015, pukul 22.00 WITA.
Akhirnya tiga tahun. Sebuah kepergiaan
yang tidak akan kembali lagi. Tiga tahun yang panjang, yang membuat banyak
perubahan. Tiga tahun yang selalu merindu. Tiga tahun yang terus belajar
merelakan, menerima. Tiga tahun yang penuh dengan banyak cerita, yang seharusnya
ku ceritakan padamu lagi, ibu.
Kira-kira apa yang terjadi
ketika seseorang telah pergi menemui yang Kuasa? Apakah mereka dapat merasakan
rindu, marah juga?
Kata Allah, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya“ (Q.S Ali
‘Imran: 145). Berarti Allah mengizinkan ibu untuk menemaniku hanya sampai saat
aku berumur 19 tahun saja?
Lalu Allah berkata lagi. “Aku tidak akan membebani seseorang,
melainkan sesuai kesanggupannya” (Q.S Al-Baqorah: 286). Berarti Allah
percaya kalau aku sanggup kehilangan ibu saat itu hingga saat ini?
Setelah itu Allah berkata lagi, “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Jangalah kamu
bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (Q.S At-Taubah: 40). Berarti Allah
selalu ada, selalu bersama aku saat ini dan seterusnya?
Ibu, Allah itu baik ya. Dia
mengambilmu dan memberikanku kesedihan, tapi tidak lupa juga Dia menggantinya
dengan orang-orang baru yang sangat menyanyangiku saat ini dan memberikan
banyak kebahagian didalamnya. Jadi, ibu tidak perlu khawatir lagi soal
bagaimana keadaanku saat ini.
Ibu, tapi maaf kalau
engkau masih sesekali melihatku ku menangis dalam kondisi tertentu. Bukan,
bukan karena aku belum merelakanmu, tapi terkadang ada hal-hal tertentu yang
tidak bisa tejelaskan lagi. Kadang terpikir jika ibu masih ada, mungkin kita
akan selfie bersama, membuat boomerang ala anak-anak jaman sekarang. Juga
seandainya ibu masih ada, mungkin banyak hal-hal berat yang bisa dilalui dengan
lebih ringan. Dan mungkin akan lebih banyak lagi hal berbeda yang terjadi.
Oh
iya bu, Allah juga bilang seperti ini, “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S
Al-Baqarah: 186).
Kalau begitu, akan aku katakan kepada
Allah, kalau ibu adalah ibu yang sangat baik, ibu yang hebat. Ibu yang selalu
berusaha meredam egonya untukku dan bapak. Ibu yang terus berjuang hingga saat
diujung hidupnya yang terpikirkan hanyalah bagaimana aku selanjutnya. Lalu,
akan aku mintakan lagi pada Allah untuk memberikan ibu tempat yang
sangat-sangat baik di sana. Walaupun aku tidak tahu bagimana akhirnya di sana,
tapi tidak mengapa. Aku akan terus memintakannya untuk ibu.
Penyesalan terbesarku adalah
tidak ada saat ibu koma dan akhirnya pergi, bahkan untuk mengetahui kabar itu saja aku tidak tahu. Dan akhirnya yang kudapatkan
hanya tinggal raga dingin tanpa nyawa. Karena itu akan ku katakan juga pada
Allah, jika aku masih berkesempatan bertemu denganmu, aku ingin sekali dipeluk
sampai aku tertidur dipangkuanmu. Lantunkan lagu untukku yang dulu engkau
latunkan ketika kecil aku susah untuk tidur. Marahlah padaku
ketika aku susah untuk minum obat, minum susu ataupun makan sayur. Tersenyumlah
padaku ketika engkau menerima kiriman hasil akademikku yang baik. Hujani aku
dengan semua cinta dan kasih sayangmu serta puasakan aku dengan
perhatian-perhatian kecil mu. Ahhh, sungguh merindu.
Seseorang pernah berkata padaku,
kalau aku tidak boleh bersedih terlalu lama saat ibu tidak lagi mendampingiku,
bagiamanapun aku tetap harus menajutkan hidupku. Duniaku tidak boleh berhenti
berputar hanya karena ibu tidak lagi bersamaku. Semua manusia di dunia akan
melewati setiap proses ini, dan ibuku lah yang mungkin harus melewatinya
mendahuli aku. Aku tidak boleh takut ditinggalkan oleh ibu, ibulah yang akan
selalu mendoakanku dari atas sana, dari dunia yang berbeda. Raga ibu yang
memang tidak ada lagi dengaku seperti dulu, tapi cinta ibu yang akan selalu ada
dan hidup di dalam hatiku.
Dan terimakasih kamu, kalian yang
sudah menambah kebahagianku sampai saat ini. Walaupun akhirnya ada yang pergi
meningalkan luka, tapi tidak mengapa. Kata ibu, kamu, kalian itu baik. Itu sudah
cukup.
Masih di Yogyakarta, 17 September 2018