Pulang. Harusnya menjadi sebuah
kegiatan rutin tapi sekarang menjadi langka. Berada di kota rantau memaksa kita
untuk setidaknya menahan rasa rindu terhadap rumah yang mungkin hanya bisa
dikunjungi tiap enam bulan sekali atau bahkan setahun sekali. Teruntuk kita
yang memiliki rumah yang letaknya berada di pulau yang berbeda dengan kota
rantauan. Kadang iri dengan mereka yang bisa setiap minggu, bulan bisa
berkujung ke rumah karena letaknya yang tak jauh. Tapi beberapa dari mereka ada
yang enggan untuk pulang, karena berada di kota rantau
lebih asik dan menarik untuk jalan-jalan. Lucu, ketika aku ingin sekali pulang tapi karena waktu dan jarak tidak memungkinkan tapi mereka malah asik dengan dunia rantau mereka. Bukankah rumah dengan seisinya lebih menarik untuk dikunjugi? Alah Retno, jangan kamu samakan kondisi rumamu dengan rumah mereka, rumahmu berisi jutaan cerita, rindu yang harus kamu kunjungi. Rumah itu berisi orang-orang istimewa bukan? Kenapa tidak pulang? Sekarang orang-orang istimewa ku berada didua tempat yang berbeda yang dahulu berada disatu tempat.
lebih asik dan menarik untuk jalan-jalan. Lucu, ketika aku ingin sekali pulang tapi karena waktu dan jarak tidak memungkinkan tapi mereka malah asik dengan dunia rantau mereka. Bukankah rumah dengan seisinya lebih menarik untuk dikunjugi? Alah Retno, jangan kamu samakan kondisi rumamu dengan rumah mereka, rumahmu berisi jutaan cerita, rindu yang harus kamu kunjungi. Rumah itu berisi orang-orang istimewa bukan? Kenapa tidak pulang? Sekarang orang-orang istimewa ku berada didua tempat yang berbeda yang dahulu berada disatu tempat.
Rumah yang pertama, rumah yang sederhana. Letaknya
jauh dari kota rantauanku yang dahulu berisi dua orang hebat namun sekarang
hanya berisi seseorang paling keras, tidak romantis, penuh kasih sayang. Untuk
kesana, aku harus ‘terbang’ terlebih dahulu. Kadang enam bulan atau hanya
setahun sekali bisa kesana. Jika kesana,
aku akan bertemu dengan seorang laki-laki yang mulai menua tapi tetap saja kuat
untuk putrinya. Jika kesana, aku bisa berbicara, jalan-jalan, semua hal bisa
dilakukan. Menyenangkan bukan? Tidak perlu canggung untuk melakukan apa
saja karena itu adalah rumahmu. Rumah dengan sejuta kenangan dan orang-orang
istimewa. Sangat banyak cerita di rumah pertama ini, dimana semua memori sejak
kecil terukir rapi ditiap dinding dan sudut rumah. Sampai akhirnya salah
satunya harus pindah ‘rumah’ tapi tidak akan mengurangi cerita di dalamnya dan
bahkan ceritanya akan terus bertambah.
Rumah kedua yang letaknya masih sepulau dengan kota
rantauanku yang berisi banyak orang tapi sekarang menjadi makin istimewa karena ada seseorang yang sedang beristirahat tenang
disana. Untuk kesana, aku bisa menggunakan rangkaian gerbong atau mobil. Tapi
untuk kesana pun sangat menguras banyak waktu. Rumah inilah yang sering ku
kunjungi akhir-akhir ini. Jika kesana,
aku akan bertemu dengan orang-orang yang sangat sayang padaku. Jika kesana, aku
pasti akan ke sebuah tempat yang sangat sederhana yang hanya ditandai dengan
sebuah batu bertuliskan nama. Menemui seseorang yang ku sebut telah pindah
dari rumah pertama diatas, yaitu perempuan hebat yang sedang beristirahat pulas
tapi aku tidak bisa berbicara, tidak bisa jalan-jalan, tidak bisa melakukan apa
saja denganya atau bahkan hanya ingin melihatnya secara langsung karena kami
dipisahkan oleh setumpuk tanah. Yang bisa ku lakukan hanya membawakan bunga
warna-warni untuk sekedar memperindah ‘rumah’ perempuan hebat itu dengan sejuta
doa yang ku punya.
Bagiamana dengan masakan rumah? Berada di kota rantau
pasti makanan yang ada hanya itu-itu saja, tiap mau makan harus berpikir dulu
mau makan apa, makanan yang entah berpengawet atau tidak yang jelas kita lapar
dan makan. Aku yakin kalau di rumah kamu pasti tidak akan seperti itu bukan?
Makan tinggal makan, menu yang berbeda-beda tiap harinya, jika ingin masakan
tertentu bisa. Masih enggan untuk pulang? Sebuah suara saja tidak akan cukup
untuk mengobati rindu mereka bukan?
Selagi kamu masih bisa pulang, pulanglah, temui
mereka. Bukankah lebih indah jika kamu menemui mereka yang masih bisa menyambut
dengan pelukan, sejuta kata dan cerita. Daripada yang mengharuskan kamu
pulang untuk menemui mereka tanpa pelukan tapi tangisan, kaku, dingin, pucat.
Senakal-nakalnya, secuek-cueknya, sepopulernya kamu pasti rindu rumah kan.
Seburuk-buruk rumah yang kamu punya itu tetap akan menjadi rumah yang berisi
penuh dengan kerinduan. Jika kamu pulang tidak perlu membawakan mereka apa-apa,
cukup pulang dengan sehat dan setumpuk kerinduan. Atau kamu bisa membawa
seseorang yang mungkin ingin diperkenalkan secara langsung dengan mereka biar
lebih akrab dan kenal. Ayok pulang! Atau kamu mau kutemenin pulang untuk ketemu
mereka? (hahahaha) ~.~
No comments:
Post a Comment