Orang-orang sedang menantikanku dihari itu, dibulan
Januari, dimana setelah berbulan-bulan aku tumbuh dalam rahim ibu dan
membuatnya tidak enak makan, susah tidur. Tapi beban itu dijalaninya dengan
riang gembira karena akan ada harapan baru dalam hidup mereka. Tangisanku
disambut dengan air mata kebahagian dan tawa. Aku pertama kali merasakan
pelukan manusia lain saat hari itu.
Setelah kelahiranku, hanya tangisan dan senyuman yang
aku tahu untuk berkomunikasi dengan mereka. Ketika lapar, aku menangis. Ketika
haus, aku menangis. Ketika mengantuk, aku pun menangis. Hebatnya mereka sangat
mengerti sekali jenis-jenis tangisanku itu.
Mereka menyaksikanku tumbuh besar. Setiap kali kaki
kecilku mencoba berdiri tegak lalu berjalan, lalu terjatuh dan lagi-lagi aku hanya
bisa menangis, mereka selalu menenangkanku bahwa tidak terjadi apa-apa.
Mereka menyaksikanku tumbuh dan berkembang. Mulai
mengenal huruf dan angka, menirukan suara hewan, belajar mengeja kata demi kata.
Setiap kali jari kecilku menunjuk sesuatu, mereka menjelaskannya. Aku belajar
banyak hal di dunia ini dari mereka.
Mereka menyaksikanku menjadi dewasa yang mulai
mengenal dunia lain selain rumah. Setiap kali aku akan keluar, mereka selalu
menanyakan kemana kamu pergi, dengan siapa, pulang jam berapa. Tapi
kekhawatiran itu beralasan.
Dan sekarang waktu terasa begitu cepat berlalu, sehari dua hari,
sebulan dua bulan, setahun dua tahun. Rasanya baru kemarin aku berlarian
menjadi anak kecil. Dimanja dan ditimang. Kini waktu berlalu bertahun lamanya.
Aku
menyaksikan mereka menua. Tangan yang dulu selalu kusalami sudah terasa kasar
dan berkerut. Suara lantang yang dulu selalu ku dengar mulai melemah. Pandangan
mata yang dulu tajam mulai sayu. Dulu pelukan mereka yang menguatkan ku,
sekarang pelukan ku yang akan menguatkan mereka, hingga ada waktu yang memisahkan ku dengan mereka. Yaitu kematian.
Terimakasih sudah
menjadi bagian terbaik dalam hidupku,
ibu, bapak dan kamu.
No comments:
Post a Comment