Follow Us @soratemplates

Saturday, January 20, 2018

Dibalik Telepon Bapak dan Anak Perempuannya

“Bapak, rumah yang menyenangkan itu seperti apa?”, tanya putri semata wayangnya melalui telepon.

“Rumah yang menyenangkan itu adalah rumah dengan ibu”, jawab bapak berjeda.

“Berarti rumah sekarang sudah tidak menyenangkan lagi?”, tanya anaknya lagi.

“Menyenangkan”, jawab bapak singkat.

“Kenapa? Di rumah kan sudah tidak ada ibu lagi”, selidik putrinya.

“Menyenangkan karena tiap sudut rumah kecil ini masih ada ibumu. Bukan soal wujud lagi tapi kenangannya, ceritanya”, bapak menjawab parau.

Sepersekian detik hening dan saat itulah kerinduan akan ibu muncul.

“Bapak siapa orang yang paling beruntung di dunia?”, tanya anaknya untuk mengalihkan kesedihan.

“Orang yang paling beruntung di dunia adalah mereka yang tahu tujuan hidupnya setelah ini, tujuannya jelas. Karena tidak semua orang tahu tentang arah dan tujuan hidupnya”, kata bapak serius.

“Kalau begitu bapak ingin aku jadi seperti apa?”, selidik putrinya lagi.

“Anak perempuan bapak harus menjadi perempuan yang tegar, santu, tegas. Anak perempuan bapak harus sekolah yang tinggi. Harus kuat, karena nanti anak perempuan bapak akan pergi meninggalkan bapak”, kata bapak semangat.

“Bagaimana kalau nanti anak perempuan bapak belum bisa menjadi salah satu dari itu?”, tanya putrinya dengan suara merendah.

“Menjadi apapun nanti anak perempuan bapak, itu adalah pilihannya. Bapak hanya mengarahkan bukan menentukan”, jawab bapak tegas menyakinkan putrinya.

“Bapak khawatir tidak tentang anak perempuan bapak?”, tanya putrinya ingin tahu.

“Sekarang anak perempuan bapak sudah cukup dewasa, dia sudah jatuh cinta dan bapak khawatir. Bapak belum tahu laki-laki seperti apa nanti yang dia bawa, bapak akan mengujinya terlebih dahulu. Bapak bukan lagi jadi laki-laki prioritasnya. Nanti menjalani masa tua di kampung dekat dengan ibumu, mungkin juga menunggu anak perempuan bapak dan cucu-cucu bapak datang mengunjungi bapak”, jawab bapak serius dengan sedikit tertawa.

“Kalau nanti laki-laki itu tidak seperti yang bapak mau, bapak jangan memarahinya ya. Dan semoga aku bertemu dengan laki-laki yang lebih bijak. Karena aku membutuhkan kebijaksanaannya untuk memintanya tidak meninggalkan bapak sendirian”, jawab putrinya sambil menatap langit-langit kamarnya.

“Jangan, tidak apa-apa. Nanti bapak cemburu melihat anak perempuan bapak mesra-mesra bersama laki-laki itu”, canda bapak sambil tertawa meledek putrinya.

***

No comments:

Post a Comment