“Bapak, rumah
yang menyenangkan itu seperti apa?”, tanya putri semata wayangnya melalui
telepon.
“Rumah yang
menyenangkan itu adalah rumah dengan ibu”, jawab bapak berjeda.
“Menyenangkan”,
jawab bapak singkat.
“Kenapa? Di rumah
kan sudah tidak ada ibu lagi”, selidik putrinya.
“Menyenangkan
karena tiap sudut rumah kecil ini masih ada ibumu. Bukan soal wujud lagi tapi
kenangannya, ceritanya”, bapak menjawab parau.
Sepersekian detik
hening dan saat itulah kerinduan akan ibu muncul.
“Bapak siapa
orang yang paling beruntung di dunia?”, tanya anaknya untuk mengalihkan
kesedihan.
“Orang yang
paling beruntung di dunia adalah mereka yang tahu tujuan hidupnya setelah ini,
tujuannya jelas. Karena tidak semua orang tahu tentang arah dan tujuan hidupnya”,
kata bapak serius.
“Kalau begitu bapak
ingin aku jadi seperti apa?”, selidik putrinya lagi.
“Anak perempuan
bapak harus menjadi perempuan yang tegar, santu, tegas. Anak perempuan bapak harus
sekolah yang tinggi. Harus kuat, karena
nanti anak perempuan bapak akan pergi meninggalkan bapak”, kata bapak semangat.
“Bagaimana kalau nanti
anak perempuan bapak belum bisa menjadi salah satu dari itu?”, tanya putrinya
dengan suara merendah.
“Menjadi apapun nanti
anak perempuan bapak, itu adalah pilihannya. Bapak hanya mengarahkan bukan menentukan”,
jawab bapak tegas menyakinkan putrinya.
“Bapak khawatir tidak
tentang anak perempuan bapak?”, tanya putrinya ingin tahu.
“Sekarang anak
perempuan bapak sudah cukup dewasa, dia sudah jatuh cinta dan bapak khawatir.
Bapak belum tahu laki-laki seperti apa nanti yang dia bawa, bapak akan
mengujinya terlebih dahulu. Bapak bukan lagi jadi laki-laki prioritasnya. Nanti menjalani masa tua di kampung dekat dengan ibumu, mungkin juga menunggu anak
perempuan bapak dan cucu-cucu bapak datang mengunjungi bapak”, jawab bapak
serius dengan sedikit tertawa.
“Kalau nanti
laki-laki itu tidak seperti yang bapak mau, bapak jangan memarahinya ya. Dan semoga
aku bertemu dengan laki-laki yang lebih bijak. Karena aku membutuhkan
kebijaksanaannya untuk memintanya tidak meninggalkan bapak sendirian”, jawab
putrinya sambil menatap langit-langit kamarnya.
“Jangan, tidak
apa-apa. Nanti bapak cemburu melihat anak perempuan bapak mesra-mesra bersama
laki-laki itu”, canda bapak sambil tertawa meledek putrinya.
***
No comments:
Post a Comment