Dengarkan baik-baik karena aku tidak
akan mengulang ceritanya.
Hujan namanya. Ku tahu ia dulu sedang
jatuh hati, ia dulu sedang menyimpan perasaan untuk seorang laki-laki bernama
Bumi, hanya Bumi, bukan yang lain. Bertemu, bercerita, bertegur sapa, bertukar
pikiran itu yang dilakukan Hujan terus-menurus. Ku tahu ia begitu pandai
menyembunyikan perasaannya tapi tidak begitu baik dalam mengontrol perasaannya.
Rona merah pipinya mudah terlihat ketika tersipu malu.
Ada hal-hal kecil dari Bumi yang hanya
Hujan yang paham. Kulihat Hujan seperti kembali remaja karena Bumi, lucu
sekali. Perasaanya untuk Bumi hangat seperti matahari pagi dan terang benderang
seperti matahari siang hari. Siapapun yang mengenal Hujan akan senang dengan
keberadaannya karena Hujan penuh dengan perhatian, tidak luput perhatiannya juga
untuk Bumi.
Namun suatu hari, perasaan Hujan reda
untuk Bumi. Hujan paham betul kalau perasaannya hanya turun tanpa arti ditempat
yang salah, tempat yang tidak bisa menumbuhkan apapun. Hujan tumbuh menjadi
perempuan berbeda, perpempuan yang berhasil belajar dari kesalahannya.
Dulu Bumi selalu bersembunyi dari
perasaan Hujan. Payung menjadi tempat bersembunyinya. Tapi sekarang tanpa payung,
Bumi tidak lagi merasakan Hujannya. Bumi sibuk mencari-cari Hujannya. Kemananya
Hujannya yang dulu? Mungkin Bumi terlambat menyadari keberadaan Hujan untuknya
karena sekarang Hujan sudah reda. Setelah kehilangan Hujannya, Bumi menjadi
paham arti dari sebuah pertemuaannya dulu dengan Hujan.
Kini Hujan tahu kalau dia telah bertemu
orang baik lalu jatuh hati kepadanya. Dan itu Bumi. Meski pada akhirnya orang
baik itu tidak benar-benar ia dapatkan, tapi paling tidak Hujan masih bisa
membedakan orang baik mana yang ia sukai. Hujan tahu kalau Bumi sengaja
dihadirkan untuk menguji perasaannya, tidak lebih.
Apakah Hujan akan seromantis yang
dikatakan orang-orang, yaitu ia selalu mau kembali meski tahu rasanya jatuh
berkali-kali? Apakah Hujan akan ada lagi untuk Bumi?
No comments:
Post a Comment