Tulisan ini dibuat setelah banyak rentetan kejadian
yang mungkin sama terjadi kembali padaku. Belum lama aku mengisi blog ku dengan
tulisan Bertumbuh~ ini dan tidak lama pula kejadian itu terjadi lagi. Satu hal yang
semua orang akan rasakan yaitu kehilangan. Entah kehilangan anggota keluarga,
kehilangan benda berharga, kehilangan kesempatan, dan lainnya.
Beberapa hari yang lalu, seorang teman dekat ku
mengalami kehilangan orang paling berharga dalam hidupnya. Aku tahu betul
bagaimana rasanya dia saat itu, aku paham bagaimana kondisi dia saat itu. Saat itu
yang aku pikirkan hanya bagaimana aku bisa menempatkan diriku untuk kedua
kalinya pada kondisi yang sama agar dia nyaman bersamaku. Tidak mudah karena
ingatan itu sudah 2 tahun lamanya ku simpan dan pada hari itu aku seperti
dipaksa kembali merasakannya. Semua rentetan kejadian itu bisa dikatakan sama
persis seperti ku dulu. Pikiranku kacau ketika melihat kembali untuk pertama
kalinya jenazah, mendengar keluarga yang menangis, mencium aroma bunga
dimana-mana. Tapi tidak boleh, bagaimana mungkin teman yang harusnya menguatkan
terlihat lemah dihadapannya, harusnya dia akan kuat karena ada teman-temannya
yang menguatkan.
Sejak saat itu aku kembali berfikir kalau kita tidak
benar-benar memiliki apapun dan siapapun di dunia ini, semua itu adalah titipan-Nya
yang sewaktu-waktu bisa kapan saja diambil. Kita mencintai apapun dan siapapun
yang sewaktu-waktu pergi, sewaktu-waktu hilang. Tidak ada yang benar-benar akan
tetap tinggal.
***
Hal yang paling menyakitkan dalam kehilangan adalah
ketidaksiapan. Kita tidak siap kehilangan sesuatu yang berharga, suatu yang
biasanya ada dalam hidup kita, sesuatu yang biasanya muncul di sela-sela
aktivitas kita. Adalah mereka, orang-orang yang selama ini hadir pertama kali
dalam hidup kita. Kita ingin sekali, mereka terus menerus ada, sayangnya hukum
alamnya tidak begitu.
Maka, hari ini saat kita memiliki mereka
semua, persiapkan diri kita tidak hanya ketika mereka masih ada. Kita harus
bersiap akan kehilangan itu, sehingga ketika satu per satu mereka meninggalkan
kita, kita sudah siap menghadapinya. Siap pada sebuah keadaan bahwa kita harus
memahami, bahwa kondisi terbaik memang demikian.
Seringnya kita melihat kehilangan dari
sisi orang yang ditinggalkan, bukan dari sisi orang yang meninggalkan.
Barangkali, yang meninggalkan kita justru lebih bahagia karena mereka mendapatkan
tempat-tempat terbaik di sisi-Nya. Kita berdoa dan berharap demikian bukan?
Maka berbahagialah.
Bahwa kita memang harus bersiap. Ketika
mereka pergi, maka menjadilah amal jariyah yang bisa mereka banggakan di sana.
Menjadi anak-anak yang baik, terus mendoakan kebaikan untuk mereka.
Buatlah mereka yang meninggalkan kita,
pergi dengan ketenangan. Tenang meninggalkan kita, tenang tanpa khawatir kita
kenapa-kenapa, tenang karena mereka percaya bahwa mereka meninggalkan anak-anak
yang baik dan berhasil dididik dan akan menjadi amal yang terus mengalir,
tenang karena mereka telah menunaikan tanggujawabnya dengan baik kepada kita,
amanah-Nya telah dijalankan.
***
Masgun:
Tulisan Memaknai Kehilangan
Untuk Dona: aku,
kami semua paham tidak ada yang merasa baik-baik saja setelah mengalami
kehilangan. Hidupmu tetap akan terus berjalan dengan atau tanpa beliau.Waktu
akan membuatmu mengerti keadaan kemarin adalah hal paling terbaik yang dibuat
Allah untuk mu. Semua orang akan melewati fase kehilangan, hanya saja aku dan
kamu dan banyak orang diluar sana sudah merasakannya sekarang. Lagi-lagi waktu
akan mengajarkanmu lebih dalam arti sebuah keikhlasan hingga kamu tidak dapat
lagi mendefiniskan ikhlas itu apa. Kesedihan kemarin membuat kamu naik level
dari sebelumnya. Semoga aku, kamu, kita semua selalu dalam keadaan bahagia. Be
patient ☺
No comments:
Post a Comment