Follow Us @soratemplates

Thursday, May 18, 2017

Cerpen: Cerita Hujan


Aku yang sejak tadi duduk diam dengan ponselku menunggu kereta yang akan membawaku sampai pada tujuanku. Hari ini stasiun terasa begitu sesak dengan orang-orang yang akan berpergian, walapun hujan turun dengan sangat derasnya. Rintik hujan terdengar begitu deras, mereka seperti berlomba-lomba untuk jatuh. Mata ku tertuju pada orang-orang yang sedang berlindung ke tepian gedung stasiun, banyak sekali. Hal ini mengingatkan ku pada sesuatu.

Pernah dulu suatu hari, hujan yang sama turun disiang hari, tepat pukul satu di kampus. Hujan turun disaat seharusnya matahari bersinar terik. Kita pernah kehujanan dan berlindung ke tepian gedung kampus bersama orang-orang yang bernasib sama, tidak saling kenal tapi menunggu hal yang sama yaitu hujan reda.


Saat itu kita dan orang-orang itu sedang menjalani takdir yang sama, sama-sama kehujanan, berlindung di tempat yang sama dan berharap hujan segera berhenti. Bedanya, ternyata takdir pertemuan dan kebersamaan kita saat itu tidak berhenti seperti hujan siang itu.

Takdir terus berjalan secara diam-diam, rahasia dan misterius. Ketika kita sibuk menyusun rencana kita, ada rencana rahasia lain yang dijalankan oleh-Nya. Dan kita adalah salah satu wujud dari rencana rahasia-Nya itu.

Kita terus saling mengenal setelahnya. Kegiatan kampus menakdirkan kita berada dalam hal sama. Kita sama seperti yang lain, kebetulan berada dalam kelas yang sama. Waktu terus saja membuat kita dalam waktu dan keadaan yang sama. Bercerita dan menertawakan banyak hal tentang pertemanan kita, lingkungan kita, aktivitas kita. Betapa dekatnya, tanpa ingat jika kita dulu pernah berada ditempat yang sama, menunggu hujan reda. Hanya saja dulu kita tidak saling kenal.

Sejak saat itu aku jadi tahu, bagaimana jika hujan tidak turun siang itu dan kita tidak berada dalam kelas yang sama. Kita akan jadi seperti orang pada umumnya, sekedar tahu dan berpapasan saja. Padahal kita berada sangat dekat, mungkin kita hanya tidak saling melihat. Sibuk dengan hal-hal yang jauh sampai mengabaikan yang dekat. Mungkin.

Dering bel stasiun seketika membuyarkan nostalgiaku bersama hujan. Ternyata keretaku sudah tiba dan siap mengantarkan ku ke sebuah kota nostalgia dan untuk menemui orang yang ada pada nostalgiaku tadi. Hujan hari ini pun turut ikut dalam perjalananku.

Akhirnya hari ini tiba, kita menunggu pertemuan kembali. Karena jarak mengajarkan lebih dalam bagaimana sakralnya rindu itu. Meski nanti pertemuan ini tidak pernah sanggup memastikan sebuah kebersamaan tapi pertemuan mengobati rasa penasaran tentang kepastian karena dalam pertemuan ada banyak kepastian yang bisa kita temukan.

Kira-kira apa yang sedang dipikirkan hujan ketika melihat kita bertemu kembali, seperti mengada-ada sesuatu yang tiada, seperti sedang menciptakan angan-angan yang nantinya menjatuhkan. Seperti sedang memutar ulang seluruh rekam jejak apa yang pernah kita rasakan. Apakah kita akan mengatakan sesuatu yang membahagiakan atau sebaliknya?

No comments:

Post a Comment