Waktu merupakan hal yang paling sulit dimengerti dan
tidak bisa diajak kompromi. Jika waktu berwujud manusia, dia adalah manusia
paling egois di dunia. Dia akan terus berjalan kedepan dengan irama yang pasti
dan meninggalkan segala macam jejak serta cerita. Dia tidak peduli meski dia
dicaci maki hingga dibenci oleh banyak orang. Dia akan terus berjalan meninggalkan
kita dengan segala kecemasan akan masa depan yang mungkin dengan masa lalu yang
belum terselesaikan. Prinsipnya: jika kita tidak bisa menyamai iramanya dia
akan pergi dan tidak akan kembali, tidak peduli seberapa sakit dan kecewanya
dirimu.
Waktu
selalu memberikan kita batas, segala sesuatu pasti memiliki batas waktu. Kita yang
hidup sekarang ini memiliki batas waktu dengan kematian. Kalian yang sedang
kuliah memiliki batas waktu dengan kelulusan. Kalian yang sedang menyusun tugas
akhir memiliki batas waktu untuk sidang. Kalian yang kerja memiliki batas waktu
untuk pensiun. Kalian yang punya utang memiliki batas waktu melunasinya. Ibu
yang mengandung memiliki batas waktu untuk melahirkan. Hingga kalian yang
lajang memiliki batas waktu untuk menikah.
Apapun yang telah dilewati waktu akan menjadi masa
lalu. Sedetik yang lalu sudah menjadi masa lalu. Jika waktu itu teman, dia
adalah teman yang tidak bisa diajak bicara dan bukan pendengar yang baik. Sekuat
apapun kamu berteriak padanya tidak akan didengar. Hingga kau mati pun dia
tidak akan peduli. Pilihannya: berjalan dibelakang waktu atau beriringan dengan
waktu.
Hari ini, aku duduk di bangku koridor kampus diantara
keramaian orang, menunggu akan sesuatu yang sejak minggu lalu selalu kucari. Menunggu
itu salah satu permainan waktu. Aku menunggu memiliki batas waktu dan hari ini
adalah batas waktu terakhir aku menunggu. Jika tidak kudapatkan akan segera
kulepas. Bukan soal menyerah tapi masih ada yang lebih mudah kudapatkan. Aku menunggu,
berdiam diri dan selama selama aku menunggu banyak cerita yang terdengar. Selagi
mendengar aku hanya bisa bersembuyi dibalik kata “oh yaaa?” “serius?” “hebat
ya” dibalik raut wajah kaget, heran dan kagum. Miris, ternyata banyak sekali
hal terlewatkan. Memperbaikan waktu dimasa lalu menjadi hal yang tidak mungkin
saat ini. Bagiku sekarang tinggal bagiamana waktu dimasa mendatangku seperti
mereka bahkan lebih dari mereka.
Satu hal yang pasti adalah semua itu sudah menjadi
masa lalu ku. Waktu dimasa lalu ku tidak akan bisa kuperbaiki dan kukembalikan.
Ternyata waktu ku habis menunggu. Bersyukurlah kalian yang lagi sedang menunggu
dengan melakukan hal-hal yang berharga. Sehingga waktu menunggu kalian itu
menjadi baik. Aku, kamu, kita, kalian tidak perlu risau akan waktu dimasa lalu
itu. Untuk waktu-waktu yang akan datang, jadikanlah sebagai waktu terbaik,
perbaiki setiap detiknya. Jika setiap detik waktumu menjadi baik, maka keseluruhan
waktumu akan menjadi sangat baik.
Waktu tidak pernah berhenti, waktu akan terus
bertambah, hanya saja orang-orang yang akan terus hilang, pergi dan terus
berkurang. Aku benci dengan bertambahnya waktu karena aku akan terus kehilangan
orang-orang yang sangat amat kusayangi. Tapi kebencianku bisa meredam karena
bertemu dengan orang-orang baru, kamu, jodoh [nanti] yang kusayangi dan
menyanyangiku pula. Itu adalah bagian yang menyenangkan dari waktu
Ada sebuah tulisan oleh Kurniawan Gunandi
yang telah kubaca dan tulisan ini terinspirasi darinya. Dalam tulisannya dia berkata seperti ini:
Bila kita sedang
menunggu seseorang, maka semoga dia adalah seseorang yang bisa membersamai
sekaligus menjadi sebab kita nanti sampai ke tujuan. Bila kita sedang menunggu
waktu untuk meraih impian, maka semoga ini adalah jeda yang baik untuk kita
mempersiapkan diri demi menyambut impian itu datang.
........... Aku
percaya bahwa menemukanmu pun sebenarnya bukan soal jarak. Tapi soal waktu,
sedekat atau sejauh apapun kamu, bila waktunya belum tepat. Tuhan tidak akan
mempertemukan perasaan kita sama sekali.
Suatu hari,
ketika waktu itu beranjak naik, menunjukkan kuasanya. Aku tersenyum, karena
waktu itu telah tiba. Suatu hari, mungkin di bulan juni, di antara gerimis kota
tempat tinggalmu yang dingin. Langkah kaki ini akhirnya sampai di muka rumahmu.
Aku tidak pernah menyangka bahwa waktu ini akan tiba. Aku pun tidak menyangka
bahwa langkah kaki itu berjalan sejauh ini. Suatu hari, hari itu akan datang. Dan
aku sedang menunggu waktu itu, waktu yang pasti datang.
***
No comments:
Post a Comment