Waktu terus berjalan maju, sudah
berapa banyak orang yang kamu temui dari kemarin hingga hari ini? Apakah mereka
berhasil membuat diri serta hidupmu berubah? Menjadi berantakan atau lebih
baik? Jika memang dirimu sekarang telah berubah akibat seseorang, lalu kamu
serta merta menyalahkannya. Semua perubahan itu terjadi karena kamu yang
mengizinkan seseorang itu untuk masuk dalam hidupmu. Yang dibuat olehnya atas
dirimu itu adalah atas seizinmu. Kamu hanya tidak mau mengakui kesalahan atau
kebaikan itu terletak pada dirmu sendiri, bukan pada seseorang itu. Bukankah
kendali atas hidupmu ada pada dirimu sendiri dan atas kehendak-Nya?
Coba izinkanlah orang-orang baik
yang masuk dalam hidupmu dan membuat perubahan yang jauh lebih baik. Kalau kamu
tahu akan hal itu, mengapa masih kamu izinkan orang-orang yang tidak berniat
baik masuk dalam hidupmu begitu saja? Lalu membiarkan dia membuat hati,
pikiran, dan hidupmu kacau. Mengapa masih dipertahankan? Mengapa tidak dibuang
jauh-jauh saja? Apa karena atas nama perasaan, lalu kamu mengizinkannya merusak
hatimu? Mengapa kamu bisa membiarkan orang jahat masuk dalam hidupmu? Padahal pilihan
itu ada padamu.
Usiamu sudah tidak muda lagi.
Jangan terus bermain-main dengan hidupmu. Akan tiba saatnya kamu mengambil
keputusan untuk dirimu sendiri sebelum keputusan-keputusan atas hidupmu
dipilihkan oleh orang lain. Akan tiba saatnya kamu mentukan pilihan kepada
siapa kamu akan menyempurnakan agamamu. Dan untukmu, jangan terus bersembuyi
dibalik wajah sendumu itu, berpura-pura karena menjaga perkataan teman-temanmu.
Bertindaklah sebagaimana laki-laki seharusnya 😊
Kalau suatu hari kamu
menjadi orang tua. Sudah cukupkah pengalaman emosimu untuk menjadi pembelajaran
berharga yang bisa kamu sampaikan kepada anak-anakmu?
Barangkali suatu
hari anak perempuanmu akan jatuh hati pada laki-laki yang jauh dan kamu sama
sekali tidak mengenalinya. Sudah cukupkah bekalmu hari ini untuk menjadi
pelajaran dan nasihat untuknya nanti?
Barangkali laki-laki yang jatuh hati pada anak perempuanmu tidaklah seperti yang kamu harapkan cirinya. Sudah cukup bijakkah kamu untuk bersikap kepadanya nanti? Sebab mungkin laki-laki adalah seperti kamu hari ini.
Barangkali laki-laki yang jatuh hati pada anak perempuanmu tidaklah seperti yang kamu harapkan cirinya. Sudah cukup bijakkah kamu untuk bersikap kepadanya nanti? Sebab mungkin laki-laki adalah seperti kamu hari ini.
Barangkali anak
laki-lakimu nanti seperti kebanyakan anak laki-laki, tertutup. Kamu tidak tahu
bahwa dia jatuh cinta diam-diam. Kamu tidak tahu, dia juga tidak memberi tahu.
Sebab bisa jadi keberaniannya itu tidak ada karena kamu tidak bisa menjadi
orang tua yang mendukung dan mendorongnya.
Barangkali anak laki-lakimu nanti jatuh cinta. Barangkali juga anak perempuanmu mememdam perasaannya sembunyi-sembunyi. Seperti kita hari ini.
Barangkali anak laki-lakimu nanti jatuh cinta. Barangkali juga anak perempuanmu mememdam perasaannya sembunyi-sembunyi. Seperti kita hari ini.
Sudah cukupkah
pengalaman emosimu hari ini untuk menjadi sumber pelajaran bagi anak-anakmu?
Perasaan kecewa, sedih, khawatir, cemas, dan segala hal yang harus kamu rasakan
hari ini akan menjadi nasihat yang berharga bagi mereka, anak-anakmu. Memang
tidak mudah dan menyenangkan menjalani seluruh emosi itu hari ini. Tapi demi
mereka, bersediakah kamu bersabar?
-Kurniawan Gunadi-
No comments:
Post a Comment