Lagit cerah mengiringi
perjalananku hari ini. Tapi tidak dengan kota persinggahanku. Malam ini hujan
turun deras. Dari balik jendela ruang tunggu, aku melihat mereka seperti
berlomba-lomba untuk jatuh ke bumi.
Hujan berhasil menumbuh
suburkan rindu, padahal kota itu sudah jauh, padahal kota itu sudah tidak ada siapa-siapa.
Kalau saja jarak benar-benar hanya sebuah angka kilometer, aku berharap pesawat
ini dapat memperkecil angka lalu memperbesar kemungkinan kami, maksudku untuk
aku dan dia bercerita segala hal sejauh ini.
Nyatanya saat ini, perjalanan
ku bukan yang seperti itu. Aku justru semakin memperjauh angka kilometernya.
Tapi tidak mengapa, karena tidak ada beda antara
satu meter dan seribu kilometer bila diantara kita tetap bukan siapa-siapa. Dan
kita masih berjalan sendiri-sendiri.
Doakan saja aku selamat kembali ke rumah, tidak ada
yang tertinggal satupun kecuali harapan. Jangan dibawa, biarkan hal itu tumbuh
subur di tempat awal hal itu ada.
Jika jarak dan waktu adalah puasa, maka pertemuan kita adalah
hari rayanya.
Pulau K
Pulau K
14
Maret 2018
dan
sudah tengah malam
No comments:
Post a Comment